Pidato Terakhir DN Aidit Sebelum Dieksekusi

Setelah hampir dua bulan bersembunyi, militer menangkap Aidit pada 22 November 1965 di rumah Harjomartono, Kampung Sambeng, Solo. Pasukan membawanya ke Markas Brigif IV Loji Gandrung untuk diinterogasi. Aidit mengakui perannya dalam G30S/PKI dan meminta bertemu Presiden Soekarno, tetapi permintaan itu ditolak.

Rencana awalnya, militer akan membawa Aidit ke Markas Kodam Diponegoro di Semarang. Namun, Yasir mengalihkan perjalanan ke Boyolali, tepatnya ke Markas Batalyon 444. Di belakang rumah komandan batalyon Mayor Trisno, berdiri sebuah sumur tua yang menjadi saksi bisu akhir hidup Aidit.

Baca Juga :   DN Aidit: Dari Muazin Masjid hingga Pemimpin PKI

Sebelum eksekusi, Aidit menyampaikan pidato terakhir. Dengan suara lantang, ia mengutuk Soeharto dan Nasution sebagai pengkhianat revolusi. Kalimat terakhirnya adalah teriakan: “Hidup PKI!”. Seketika itu, pasukan menembaknya dan memasukkan jasadnya ke dalam sumur tua.

Peristiwa ini menandai akhir tragis DN Aidit sekaligus simbol tumbangnya PKI pasca tragedi G30S. (*)